memang biasanya di waktu yang ini sadarku belum mati.
aku tahu. tapi bukan itu.
bukan masalah sadarku.
kini terasa berbeda, rikala suara penyeru-Nya bergema pada setiap langgar
tutup auratku dengan mukena
dengan mata yang terbakar semangat
tak ubahnya sebilah pedang hendak dihunuskan; kepada jiwa-jiwa yang lalim. meruncing begitu tajam.
karena tadi aku telah bersenggama dengan lail, dan bukan lagi harus terpulas pada pagi yang pelukannya begitu hangat.
dan ini entah yang keberapa, tapi bisa kuhitung jari. aku membuka dengan bertagbir
lalu beruluk salam pada akhir,
disaksikan malaikat dan pencipta alam.
semoga kutemui ketenangan jiwa pada setiap sujudku.
kini
dan nanti
selamanya.
05.03
Jumat, 04 Juni 2010
aku yang duduk di kota lama
kembali aku berpeluk lutut sambil tertunduk
setelah beberapa hari kemarin tak sempat membanting pantatku di trotoar ini
selalu saja ditertawakan waktu yang semakin sombong
yang berlarian mengelilingi tikungan
lalu hilang begitu saja diantara tembok-tembok angkuh.
tak tampak lagi.
yang tersisa hanya suara orang batuk
apa mengutuk?
sementara setumpuk galau yang tadinya hanya bertengger di bibir selokan
mulai basah menyatu dengan jaketku
menjadi stigma yang erat kupeluk.
tanpa rasa pagi mulai melabuh
tapi pandanganku tak jera menyatu dengan roda-roda yang bergelindingan pada jalan satu arah.
roda-roda yang dengan kemujuran nasibnya, dari pada aku,
tersesat tak tau arah
dan aku rindu pada setiap kenangan yang sebentar lagi hilang bersama
angin. berhembus cepat.
meninggalkan aku yang duduk di kota lama.
23.10
setelah beberapa hari kemarin tak sempat membanting pantatku di trotoar ini
selalu saja ditertawakan waktu yang semakin sombong
yang berlarian mengelilingi tikungan
lalu hilang begitu saja diantara tembok-tembok angkuh.
tak tampak lagi.
yang tersisa hanya suara orang batuk
apa mengutuk?
sementara setumpuk galau yang tadinya hanya bertengger di bibir selokan
mulai basah menyatu dengan jaketku
menjadi stigma yang erat kupeluk.
tanpa rasa pagi mulai melabuh
tapi pandanganku tak jera menyatu dengan roda-roda yang bergelindingan pada jalan satu arah.
roda-roda yang dengan kemujuran nasibnya, dari pada aku,
tersesat tak tau arah
dan aku rindu pada setiap kenangan yang sebentar lagi hilang bersama
angin. berhembus cepat.
meninggalkan aku yang duduk di kota lama.
23.10
Langganan:
Postingan (Atom)