rangkaian titik cahaya berkedip menggoda
darimana datangnya
mana ku tahu?
aku hanya masih di sabana ini sayang
menunggu asa yang masih kau gantungkan di antara ranting-ranting awan
agar merpati putih itu
sudi kepakkan sayap-sayap
dan meraihnya untuk aku
yang seperti itu kau selalu tahu
tapi malam tak akan pernah berjumpa merpati
dan bertindak apapun
aku tak tau. ragu.
kau juga begitu
aku senyum sayu
dan kamu tertawa,
tapi kaku
Kamis, 27 Mei 2010
aku tak mampu berteriak sendiri
aku rela perutku terasa tak nyaman
dan liurku terkumpul di rongga sumpritan itu
aku akan menjadi tukang parkir, dan tukang parkir akan menjadi aku.
aku akan berkantung mata
hingga melebam, lalu memucatlah wajahku tersapu angin malam
aku akan jadi satpam toko, dan satpam toko akan menjadi aku
aku akan sekarat.
sebilah parang memotong tanganku
sebalok kayu menggenjot kepalaku
lalu tangan-tangan hakim itu akan menelanjangiku
aku belum mati teman.
aku akan menjadi maling, dan maling akan menjadi aku
.
setelah berkumpul jukir, satpam, dan maling itu akan gantikan tugasku; berteriak pada keadaan
kembalikan dia pada orang yang sekarat ini !
yang senantiasa memukulinya
yang meludahi telinganya dengan penuh rasa sayang
jangan sampai terenggut orang-orang itu !
yang senantiasa memeluknya
serta mencumbuinya dengan penuh nafsu birahi
orang yang sekarat ini tak inginkan, sebuah nilai akan bergeser dan terlepas dari jalurnya. dan hujan asam di jurang terjal mengakhiri kisahnya
setelah mereka tuntas tunaikan tugasku;
ya. aku akan mati, bersemayam dalam kelegaanku
karena langkahmu kini dengan hati-hati
.
maafkan aku, aku tak mampu lagi berteriak sendiri
dan liurku terkumpul di rongga sumpritan itu
aku akan menjadi tukang parkir, dan tukang parkir akan menjadi aku.
aku akan berkantung mata
hingga melebam, lalu memucatlah wajahku tersapu angin malam
aku akan jadi satpam toko, dan satpam toko akan menjadi aku
aku akan sekarat.
sebilah parang memotong tanganku
sebalok kayu menggenjot kepalaku
lalu tangan-tangan hakim itu akan menelanjangiku
aku belum mati teman.
aku akan menjadi maling, dan maling akan menjadi aku
.
setelah berkumpul jukir, satpam, dan maling itu akan gantikan tugasku; berteriak pada keadaan
kembalikan dia pada orang yang sekarat ini !
yang senantiasa memukulinya
yang meludahi telinganya dengan penuh rasa sayang
jangan sampai terenggut orang-orang itu !
yang senantiasa memeluknya
serta mencumbuinya dengan penuh nafsu birahi
orang yang sekarat ini tak inginkan, sebuah nilai akan bergeser dan terlepas dari jalurnya. dan hujan asam di jurang terjal mengakhiri kisahnya
setelah mereka tuntas tunaikan tugasku;
ya. aku akan mati, bersemayam dalam kelegaanku
karena langkahmu kini dengan hati-hati
.
maafkan aku, aku tak mampu lagi berteriak sendiri
malam beku jiwa terbakar
lagi-lagi dininabobokan aku di atas pangkuan pembaringan. diselimutkan kumpulan ilmu yang berserakan.
ingin rasanya aku terpejam, sejenak.
namun sambaran petir di malam jum'at itu, yang mengalahkan kumandangan ayat-ayat yang dinyanyikan pada setiap langgar,
membuat mata kian berontak,
juga hati aku.
"malam beku pada jiwa yang terbakar" sapaku pada alam.
tidak berdaya atas kebungsuan. tak berbuat selain selain termangu.
lidah yang terpotong juga. ya, itu adalah aku.
lagi-lagi dininabobokan aku di atas pangkuan pembaringan. diselimutkan kumpulan ilmu yang berserakan.
air mata aku juga...
juga berserakan.
hambar bukan?
.ijel.
ingin rasanya aku terpejam, sejenak.
namun sambaran petir di malam jum'at itu, yang mengalahkan kumandangan ayat-ayat yang dinyanyikan pada setiap langgar,
membuat mata kian berontak,
juga hati aku.
"malam beku pada jiwa yang terbakar" sapaku pada alam.
tidak berdaya atas kebungsuan. tak berbuat selain selain termangu.
lidah yang terpotong juga. ya, itu adalah aku.
lagi-lagi dininabobokan aku di atas pangkuan pembaringan. diselimutkan kumpulan ilmu yang berserakan.
air mata aku juga...
juga berserakan.
hambar bukan?
.ijel.
tukang jahit keliling
mengitari lengkong-lengkong tak pasti
setiap yang robek adalah rejeki
roda tiga adalah kuda besi
menisikkan jarum hati-hati
.ijel.
setiap yang robek adalah rejeki
roda tiga adalah kuda besi
menisikkan jarum hati-hati
.ijel.
buaya
Suatu malam seekor buaya di pinggiran sungai. Dan dalam malam yang begitu terang di bawah cahaya bulan, buaya itu berkata pada bayangannya sendiri.
"aku akan memangkap seekor kerbau untuk makan siangku besok"
pagi harinya buaya itu pergi untuk mencari kerbau. Namun ketika matahari mulai meninggi, ia bertemu dengan bayangannya, dan berkata,
"seekor anak rusa juga boleh..."
"aku akan memangkap seekor kerbau untuk makan siangku besok"
pagi harinya buaya itu pergi untuk mencari kerbau. Namun ketika matahari mulai meninggi, ia bertemu dengan bayangannya, dan berkata,
"seekor anak rusa juga boleh..."
asmara Baracuda dan Babi Hutan
*
dari puncak itu kamu berlarian. menuju parit-parit
juga sungai-sungai
menancap dalam taring buaya.
tersayat perih cakar singa.
berlomba merintih bersama serigala
kau menangis merindu
ingin di telanjangi gelombang lautku
dan kau berharap
ketika kau merindukanku, aku tak merindukanmu.
**
dari palung itu aku berlarian
menuju lubuk-lubuk
juga punggung-punggung
menancap dalam taring hiu
tersayat perih sengatan ubur-ubur
berlomba merintih bersama pekikan paus
aku menangis merindu
sejuk tenang hembusan bayu dalam pelukan gunungmu.
dan aku berharap
ketika aku merindukanmu, kau tak merindukanku.
***
dan kita berharap, kita tak saling merindu.
ah..terlarangkah cinta kita ?
dari puncak itu kamu berlarian. menuju parit-parit
juga sungai-sungai
menancap dalam taring buaya.
tersayat perih cakar singa.
berlomba merintih bersama serigala
kau menangis merindu
ingin di telanjangi gelombang lautku
dan kau berharap
ketika kau merindukanku, aku tak merindukanmu.
**
dari palung itu aku berlarian
menuju lubuk-lubuk
juga punggung-punggung
menancap dalam taring hiu
tersayat perih sengatan ubur-ubur
berlomba merintih bersama pekikan paus
aku menangis merindu
sejuk tenang hembusan bayu dalam pelukan gunungmu.
dan aku berharap
ketika aku merindukanmu, kau tak merindukanku.
***
dan kita berharap, kita tak saling merindu.
ah..terlarangkah cinta kita ?
tolong jangan beritahu Nia
ada ketakutan, sebuah ketidak pandaian berucap akan berujung kematian.
dimana menunggu merpati berwajah senja menjadi sekarat patinya.
aku berharap
di pagi yang siang ini aku ingin dia tertidur pulas. agar aku dapat menidur pulaskan juga kekhawatiranku,
akan kematianku
....jadi, tolong jangan kau beritahu
dimana menunggu merpati berwajah senja menjadi sekarat patinya.
aku berharap
di pagi yang siang ini aku ingin dia tertidur pulas. agar aku dapat menidur pulaskan juga kekhawatiranku,
akan kematianku
....jadi, tolong jangan kau beritahu
Sabtu, 08 Mei 2010
beranda gerah
di beranda rumah
dengan butiran anggur membusuk, entah
angin menari di atas rambutku; tak ramah
di beranda rumah
segelas es teh rasa sebah
pandang aku terbangkan; tak tentu arah
masih di beranda rumah
bersama iblis ini
hatikupun gerah
"preekk aaaahh..."
.ijel.
dengan butiran anggur membusuk, entah
angin menari di atas rambutku; tak ramah
di beranda rumah
segelas es teh rasa sebah
pandang aku terbangkan; tak tentu arah
masih di beranda rumah
bersama iblis ini
hatikupun gerah
"preekk aaaahh..."
.ijel.
bukan karena bosan
: senyum kamu
aku ingat ketika camar-camar kecil mulai menyambut fajar. juga secangkir kopi.
kau buka dengan senyum
: manja kamu
tak juga aku lupa. berteduh di antara dahan-dahan atas siang yang kian meleleh.
tak lupa orange juice dalam gelas mika itu
kau sandarkan kepalamu di bahuku. manja.
: canda kamu
menutup senja bersama gerimis, begitu indah saat itu
kau menari hingga..
hingga garis-garis hujan kini tak luput lagi, berjatuhan di atas tubuhmu
: dan peluk kamu
pada malam sunyi
rengkuh tubuh aku yang angkuh, menjadi luluh.
kau tutup dengan peluk
namun maaf sayang,
hari ini aku memang ingin sendiri.
.ijel.
aku ingat ketika camar-camar kecil mulai menyambut fajar. juga secangkir kopi.
kau buka dengan senyum
: manja kamu
tak juga aku lupa. berteduh di antara dahan-dahan atas siang yang kian meleleh.
tak lupa orange juice dalam gelas mika itu
kau sandarkan kepalamu di bahuku. manja.
: canda kamu
menutup senja bersama gerimis, begitu indah saat itu
kau menari hingga..
hingga garis-garis hujan kini tak luput lagi, berjatuhan di atas tubuhmu
: dan peluk kamu
pada malam sunyi
rengkuh tubuh aku yang angkuh, menjadi luluh.
kau tutup dengan peluk
namun maaf sayang,
hari ini aku memang ingin sendiri.
.ijel.
percakapan di punggung bukit
baiklah sekarang kita mulai kembali.
percakapan di punggung bukit
barisan mega mega
bagaimana jika ku sambut mirana dengan tarian gerimis? aku juga ingin dia teduh dari sinaran surya
seekor kerbau
terlampau indah gemulai langkah itu, hingga tak sudi membiarkannya berjalan sendiri. ya, aku akan menggendongnya
lataran rumput
tidaklah bijak mirana menutup hari dengan mengeringkal di pelukan gugusan debu. aku ingin melihatnya terkulai pulas di atas pelukku.
lantas gembala kecil menertawakan igauan mereka.
namun iba.
sudahlah tak perlulah menanti.
bukankah sekarang mirana sedang berdansa di antara garis-garis hujan, bermain dengan harimau putih, dan tidur pulas pada dekapan taman bunga yang begitu warna warni?
dengan tanpa babibu gembala kecil itu pergi
hingga pada hari berikutnya ia kembali ke bukit itu.
di dapatinya awan begitu mendung menghitam,
bangkai binatang yang sepertinya bertanduk,
juga semak-semak yang membelukar.
nampaknya telah menyudahi
percakapan di punggung bukit.
.esi.
percakapan di punggung bukit
barisan mega mega
bagaimana jika ku sambut mirana dengan tarian gerimis? aku juga ingin dia teduh dari sinaran surya
seekor kerbau
terlampau indah gemulai langkah itu, hingga tak sudi membiarkannya berjalan sendiri. ya, aku akan menggendongnya
lataran rumput
tidaklah bijak mirana menutup hari dengan mengeringkal di pelukan gugusan debu. aku ingin melihatnya terkulai pulas di atas pelukku.
lantas gembala kecil menertawakan igauan mereka.
namun iba.
sudahlah tak perlulah menanti.
bukankah sekarang mirana sedang berdansa di antara garis-garis hujan, bermain dengan harimau putih, dan tidur pulas pada dekapan taman bunga yang begitu warna warni?
dengan tanpa babibu gembala kecil itu pergi
hingga pada hari berikutnya ia kembali ke bukit itu.
di dapatinya awan begitu mendung menghitam,
bangkai binatang yang sepertinya bertanduk,
juga semak-semak yang membelukar.
nampaknya telah menyudahi
percakapan di punggung bukit.
.esi.
sebuah kesempatan terakhir
sementara. aku juga masih, menunggu. sembari bersaksi atas garis-garis hujan; menabuhi muka pertiwi
kian merapuh
juga aku.
terhembus kejam waktu, yang tercipta darimu. yang kau tiupkan untukku
ah...
aku masih terlalu kaku hanya sekadar menyadari kenyataan di sebelah mata
:kini
aku punguti lagi, secerca harap yang kau hanyutkan lembut di selokan rumahku. bukan kau buang.
ku jilati kembali, liur-liur yang ku ludahkan di bibir kamu. mungkin sudah mengering.
:harapku
tak ku temukan apa-apa lagi selain comberan, dalam selokan rumahku
:karena jika tidak
maka aku dengan ketenangan jiwa yang kutemukan dibalik sajadah baruku
akan meninggalkanmu. akan meninggalkanmu tanpa sesal secuilpun.
:maka dalam pekat aku bermujahadah
kau mencintaiku
aku mencintaimu
kita saling mencintai
.esi.
kian merapuh
juga aku.
terhembus kejam waktu, yang tercipta darimu. yang kau tiupkan untukku
ah...
aku masih terlalu kaku hanya sekadar menyadari kenyataan di sebelah mata
:kini
aku punguti lagi, secerca harap yang kau hanyutkan lembut di selokan rumahku. bukan kau buang.
ku jilati kembali, liur-liur yang ku ludahkan di bibir kamu. mungkin sudah mengering.
:harapku
tak ku temukan apa-apa lagi selain comberan, dalam selokan rumahku
:karena jika tidak
maka aku dengan ketenangan jiwa yang kutemukan dibalik sajadah baruku
akan meninggalkanmu. akan meninggalkanmu tanpa sesal secuilpun.
:maka dalam pekat aku bermujahadah
kau mencintaiku
aku mencintaimu
kita saling mencintai
.esi.
aku masih punya ibu
kubuka jendela,lalu pintu kamar
selamat pagi ibu!
kenankah engkau buatkan aku secangkir kopi manis?
senyumu menari di atas pintaku;
selalu saja kau taburkan itu bersama butiran gula gula putih,
teraduk aduk pada hitam pekat kopi aku.
dan tanya yang retoris yang sebetulnya mudah kau tau jawabnya
selalu saja kau tanya
selalu saja ku diam
ah beruntungnya aku.
.ijel.
selamat pagi ibu!
kenankah engkau buatkan aku secangkir kopi manis?
senyumu menari di atas pintaku;
selalu saja kau taburkan itu bersama butiran gula gula putih,
teraduk aduk pada hitam pekat kopi aku.
dan tanya yang retoris yang sebetulnya mudah kau tau jawabnya
selalu saja kau tanya
selalu saja ku diam
ah beruntungnya aku.
.ijel.
Langganan:
Postingan (Atom)