Kamis, 27 Mei 2010

aku tak mampu berteriak sendiri

aku rela perutku terasa tak nyaman
dan liurku terkumpul di rongga sumpritan itu
aku akan menjadi tukang parkir, dan tukang parkir akan menjadi aku.

aku akan berkantung mata
hingga melebam, lalu memucatlah wajahku tersapu angin malam
aku akan jadi satpam toko, dan satpam toko akan menjadi aku

aku akan sekarat.
sebilah parang memotong tanganku
sebalok kayu menggenjot kepalaku
lalu tangan-tangan hakim itu akan menelanjangiku
aku belum mati teman.
aku akan menjadi maling, dan maling akan menjadi aku

.

setelah berkumpul jukir, satpam, dan maling itu akan gantikan tugasku; berteriak pada keadaan

kembalikan dia pada orang yang sekarat ini !
yang senantiasa memukulinya
yang meludahi telinganya dengan penuh rasa sayang

jangan sampai terenggut orang-orang itu !
yang senantiasa memeluknya
serta mencumbuinya dengan penuh nafsu birahi

orang yang sekarat ini tak inginkan, sebuah nilai akan bergeser dan terlepas dari jalurnya. dan hujan asam di jurang terjal mengakhiri kisahnya

setelah mereka tuntas tunaikan tugasku;
ya. aku akan mati, bersemayam dalam kelegaanku

karena langkahmu kini dengan hati-hati

.

maafkan aku, aku tak mampu lagi berteriak sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar